top of page

Founder NS Trade System, Narko Santoso Pernah Down. Ini Pengalamannya Saat Bisnisnya Bangkit Lagi

Diperbarui: 1 Agu 2022


Pembawaannya yang humble dan penuh senyum, Narko Santoso (kanan) mudah dekat dengan banyak orang. Tak hanya ramah, karakter Narko yang santun juga gampang membawa diri dan diterima oleh semua orang. (Foto: Dok. NS Trade System)


NS Trade System – Siapa saja pasti pernah mengalami, ketika konsisten pada bidang yang ditekuni, selalu menemui pasang surut.


Demikian juga dengan Founder NS Trade System, Narko Santoso yang menekuni bisnis trading forex selama beberapa tahun ini.


Berbagai pelajaran bisa kita petik bila mengikuti perjalanan hidup Narko Santoso. Anak muda yang berjuang dalam dinamika dunia trading, bisa mengantarkannya hidup berkecukupan.


Namun tentu hasil yang didapatnya saat ini, tidak pernah lepas dari pengalaman demi pengalaman yang menempa dirinya.


Pengalamannya itu membentuk figur yang kuat, bertahan, mau berkembang sekaligus humanis.


Narko pernah mengalami situasi yang sangat berat dalam hidupnya, yaitu ketika mengalami loss atau kerugian berkali-kali. Dia mengaku pernah loss sekitar Rp 80 juta. Di usia yang masih sangat muda yaitu sekitar 19 tahun, saat itu Narko mengaku sangat down.


Di kemudian hari, kerugian besar juga pernah dialami, yaitu Rp 300 juta dan Rp 1,5 miliar. Setelah mengalami berbagai kerugian, Narko mencoba untuk terus belajar dan upayanya itu berhasil. Perlahan dia justru sering mengalami profit yang konsisten, hal itu karena mau membuka diri untuk belajar banyak hal tentang trading forex.


“Waktu (rugi) itu kalau pagi buka jendela kamar melihat di luar memang cerah, tapi di dalam kamar seperti ada petir-petir,” demikian gurau Narko. Perasaan yang tak menentu dirasakan Narko saat itu.


Bahkan dirinya enggan untuk keluar kamar, karena merasa tertekan. Senyum yang biasanya dia bagikan, mendadak Narko menjadi pelit senyum kepada orang lain. Sebab, uang yang digunakan untuk trading sebagian ada yang dia pinjam dari seseorang dan orangtuanya.


“Yang membikin berat, karena uang itu adalah uang pinjaman. Ya meskipun ada juga uang saya sebagian,” terang dia.


Namun di saat dia menyandang status “Pengangguran yang tidak banyak acara”, dirinya mulai pelan-pelan bangkit. Dia lalu mencoba untuk berbisnis oleh-oleh khas Solo dengan sistem online. “Di samping itu juga ada pekerjaan serabutan, yang kadang dibayar Rp 100.000 hingga Rp 200.000,” kata dia. Uang itu terus dia kumpulkan sedikit demi sedikit yang kelak digunakan untuk kembali trading.



Meskipun usianya masih muda, Narko Santoso (kedua dari kiri) adalah figur yang mau kerja keras, belajar, berpikir positif dan penuh semangat. Hal itu tergambar setiap memberikan mentoring kepada para trader yang memperlihatkan semangat besar dalam membantu trader untuk trading dengan arah yang benar. (Foto: Dok. NS Trade System)



Berjuang Mengembalikan Hutang


Ada hikmat yang dia dapat saat mengalami kondisi terpuruk. Salah satu yang dia pegang adalah, harus mengembalikan hutang yaitu uang yang dia pinjam dari beberapa orang.


“Hutang harus dibayar. Itu prinsip saya,” tegas dia. Karena, lanjut dia, kalau sampai tidak kita bayar kita akan menerima karma jelek, itu tidak baik untuk kita berjalan karena akan menjadi batu sandungan untuk rezeki kita ke depannya.


Narko meyakini saat mau melakukan hal baik dengan mengembalikan hutang, setidaknya bisa membuat bahagia dua pihak.


Satu sisi, dirinya yang meminjam uang dan harus mengembalikan hutang, tentu merasa punya tanggungjawab dan disiplin. Disiplin itu yang sangat diperlukan dalam bisnisnya ke depan.


Sementara sisi lain, bagi mereka yang meminjamkan uang, dipastikan juga merasa senang. Tak hanya uangnya bisa kembali, namun juga menumbuhkan kepercayaan terhadap yang berhutang.


Sehingga bila memenuhi janji untuk mengembalikan hutang, ikatan silaturahmi masih bisa berlanjut. Tidak putus lantaran saling melukai perasaan atau saling sakit hati.


Maka dia menambahkan, bila mampu memenuhi kewajiban membayar hutang, diri kita sudah bisa melalui satu tahap ujian. “Berarti kita berusaha untuk keluar dari ujian hidup,” kata dia.


Perihal ajaran hutang yang harus dibayar itu, salah satunya diperoleh saat Narko menjadi siswa di SMK Mikael Solo, dimana ajaran yang pernah dia terima mengajarkan untuk bertanggungjawab, termasuk harus mengembalikan hutang kita.


“Sebab sebetulnya berapa pun hutang itu, mau besar atau kecil adalah haknya orang lain (yang meminjami). Mereka mau meminjamin ke kita ya harus berterimakasih dan setidaknya kita harus kembalikan,” ujarnya.


Dengan menyadari dan menjalankan filosofinya tentang hutang yang harus dikembalikan, maka Narko berusaha keras untuk mengembalikan uang yang sudah pernah dia pinjam.


Lantaran dirinya berniat kuat untuk mengembalikan semua hutang, pelan-pelan dari hasil yang dia kumpulkan, dia bisa melunasi hutang tersebut.


Buah dari ketekunannya untuk berdisiplin mengembalikan hutang, maka beberapa kali dia mengalami pertumbuhan bisnis yang sangat menakjubkan. Narko mulai bangkit dan bisa meraih sukses seperti yang dia alami saat ini.


Dia juga sangat meyakini hukum tabur tuai pasti terjadi, yaitu dengan menabur kebaikan pasti akan menuai kebaikan. Dan hal itu betul-betul dialami Narko yang beberapa kali mujizat keberlimpahan sering terjadi pada dirinya.


Kematangan Narko dalam mengelola karakter dan emosional pribadinya itu terbentuk, karena sudah mengenyam pahit manisnya dalam dunia trading yang saat ini ditekuninya secara konsisten.


Narko akui, awalnya hanya sendirian. Namun seiring waktu, dia berhasil mengembangkan bisnis tradingnya dengan memperkenalkan sistem trading di bawah payung NS Trade System.


Dengan manajemen NS Trade System, Narko mampu membentuk tim belasan orang yang bekerja untuk membantu dan mengedukasi masyarakat, terutama yang ingin mengenal dunia trading lebih jauh.


Meski sekarang bisnisnya terus menunjukkan pertumbuhan baik, namun tak mengubah sikap Narko tetap menjadi pribadi yang santun, ramah dan murah senyum. (*)



Kisah dan pengalaman Narko Santoso bisa disimak di:

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page